Sabtu, 4 Januari 2025

Pencari Suaka Ricuh di Kantor DPRD Batam

Berita Terkait

spot_img
Pengungsi Afganiistan kembali melakukan aksi demo dikantor DPRD Batarekam, Rabu (16/2). Mereka Meminta bantuar agar bisa dipindahkan ke negara ketiga. F Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos- Puluhan pencari suaka asal Afganistan kembali melakukan unjuk rasa dengan mendatangi kantor DPRD Kota Batam, Rabu (16/2). Mereka meminta bantuan kepada DPRD Kota Batam untuk mempertemukan mereka dengan perwakilan UNHCR yang ada di Batam.

Dalam aksi unjuk rasa itu, sempat terjadi kericuhan antara puluhan pencari suaka dengan petugas Satpol PP Kota Batam dan pihak kepolisian berpakaian sipil. Sebab, aksi mereka yang mendatangi kantor DPRD Kota Batam diduga tidak mempunyai izin dari pihak terkait.


Kericuhan ini bermula dari petugas yang meminta pencari suaka membubarkan diri. Namun, imbauan dari petugas itu tak diindahkan oleh para pencari suaka hingga akhirnya petugas mengambil alat praga aksi unjuk rasa.

Dalam kericuhan itu, terjadi dorong-dorongan antara petugas dan pengungsi. Beberapa pengungsi yang diduga menjadi provokator juga diamankan oleh petugas.

Kericuhan akhirnya reda setelah dilakukan dialog yang cukup alot antara petugas dan pengungsi.

BACA JUGA: Pencari Suaka Mengaku Depresi karena Negara Suaka Tak Jelas

Salah satu pencari suaka, Ali mengatakan aksi mereka adalah untuk meminta agar Pemerintah Kota (Pemko) Batam memfasilitasi mereka bertemu dengan perwakilan UNHCR yang berada di Batam. Mereka meminta kepada UNHCR segera memindahkan mereka ke negara tujuan.

“Kami hanya minta untuk segera dipindah ke New Zealand, Kanada dan Amerika,” kata Ali.

Ia melanjutkan, dirinya sudah 10 tahun di Batam dan tidak kuat terus tinggal di Batam. Selama ini, jumlah pencari suaka yang mendapatkan jatah menuju negara tujuan hanya satu sampai dua orang setiap tahunnya.

“Jadi kami meminta tolong kesini supaya dipindah ke negara lain. Negara yang bersedia menerima agar hidup secara layak dan manusiawi,” ujar Ali.

Hal senada juga disampaikan oleh pencari suaka lainnya, Abdullah. Ia dan pencari suaka lainnya sudah depresi karena tidak bisa bekerja dan mendapatkan hak sebagaimana seorang warga negara.

Ia mengaku, sudah ada 15 kasus bunuh diri di beberapa penampungan pencari suaka, dan 100 kasus percobaan bunuh diri. Sementara untuk di Batam sudah ada satu kasus bunuh diri oleh pengungsi Afghanistan.

“Kami butuh hidup layak. Apalagi sudah 10 tahun luntang lantung di negara Indonesia,” ujarnya. (*)

Reporter : Eggi Idriansyah

 

spot_img

Update