Jumat, 19 April 2024
spot_img

Cabai Merah Naik, Batam Inflasi 0,84 Persen

Berita Terkait

spot_img
Cabai Merah Keriting f Dalil Harahap 1
Ilustrasi. Cabai merah penyumbang inflasi di Batam. Foto: Dalil Harahap/Batam Pos

batampos – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam Rahmad Iswanto menyebutkan, cabai merah dan angkutan udara menjadi komoditas penyumbang terbesar inflasi pada Juni 2022 mencapai 0,84 persen secara month to month.

“Ya, dua komoditas ini menjadi penyumbang inflasi terbesar di Kota Batam,” ujarnya, Minggu (3/7).

Selanjutnya, penyumbang inflasi di Batam adalah minyak goreng, rokok kretek filter, daging ayam ras, cabai rawit, sabun deterjen bubuk dan cair, kangkung telur ayam ras dan kue kering berminyak.

“10 komoditas inilah yang menjadi penyumbang inflasi di Batam pada Juni 2022,” tambah Rahmad.

Kenaikan harga cabai merah, dan cabai rawit ini terjadi karena faktor cuaca atau turun hujan yang cukup lebat di sentra produksi yang menyebabkan gagal panen sehingga membuat supply terganggu.

Rahmad menambahkan, dari 90 kota di Indonesia, sebanyak 85 kota mengalami inflasi. Sementara 5 kota lainnya menyalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Gunung Sitoli yakni sebesar 2,72 persen sedangkan inflasi terendah di Kota Pontianak yakni sebesar 0,07 persen.

Adapun deflasi tertinggi di Kota Kendari yakni sebesar -0,61 persen dan deflasi terendah di Kota Tanjung Pandan yakni sebesar -0,03 persen. “Kota Batam menduduki posisi ke enam inflasi terendah se-Sumatera,” pungkas Rahmad.

Tingginya harga cabai merah di Batam sudah tidak menjadi rahasia umum lagi. Apalagi Batam bukan sebagai daerah penghasil cabai merah, tapi dikirim dari daerah lain seperti dari Mataram dan Sumatera.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Batam Mardanis mengatakan kenaikan harga cabai hampir terjadi di seluruh Indonesia. Bahkan daerah penghasil yang mengirim cabai merah ke Batam, seperti Mataram dan Sumbar mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.

“Kita bukan sebagai daerah penghasil tentu berdampak dan merasakan dampak kenaikan cabai merah ini,” kata Mardanis.

Pemerintah Kota Batam sendiri lanjutnya, sudah mensiasati kebutuhan cabai ini. Salah satu untuk mempertahankan harga cabai di pasaran, pihaknya memproduksi cabai hijau di daerah Barelang, Sei Beduk dan Batu Besar. Ada puluhan kelompok tani yang dikelola Dinas Ketahanan Pangan Pertanian Batam untuk mensuplai kebutuhan cabai hijau ini.

“Ya, fokusnya hanya cabai hijau saja, karena untuk cabai merah petani tak sanggup karena resikonya besar dan modalnya juga tinggi,” ucap Mardanis.

Dilanjutnya, petani cabai ini mampu menghasilkan 8 ton cabai hijau per hari, Sehingganya harga cabai hijau di Batam bisa lebih dikontrol. Namun seiring berakhirnya musim panen, ditambah lagi pengaruh cuaca sehingga banyak petani gagal panen dan membuat produksi cabai hijau sedikit berkurang.

“Yang menjadi kendala kita saat ini kita belum bisa mengatur pola tanam petani, sehingga ketika musim panen itu berakhir, produksi jadi berkurang. Saat ini produksi petani 4 ton per hari,” ucapnya.

Keberadaan petani cabai hijau ini terbukti mampu mengontrol harga cabai hijau di Batam. Pasalnya, pada saat produksi 8 ton per hari, harga cabai hijau Rp 25 ribu per kilogram. Namun kondisi itu berubah naik seiring berkurangnya jumlah produksi petani

“Ya, makanya cabai hijau dua minggu ini yang mahal sebelumnya Rp 25 ribu per kg. Ke depan pola tanam ini yang akan kita maksimalkan sehingga produksi tetap sama dan harga dipasaran tetap stabil,” pungkas Mardanis. (*)

 

Reporter : Rengga Yuliandra

spot_img

Update